MAKASSAR, Terbitsulbar.com – Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar menggelar sidang promosi doktor oleh Haedar S Pdi M Pd, di Gedung Profesi Pendidikan Guru (PPG), Kamis 12 Juli 2024.
Sidang tersebut dipimpin oleh Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Abustani Ilyas M Ag. Promotor dari promovendus ialah Prof Dr Bahaking Rama M S, Prof Dr Amrah Kasim MA, dan Dr Baharuddin M Pd. Adapun penguji utama yakni Prof Dr Nasir Mahmud MA, Dr Abdul Rahman Sakka LC M Hi, Dr Syamsuddin M Pd I.
Pria yang juga menyelesaikan studi S1 dan S2 nya di UIN Alauddin Makassar itu, berhasil meraih gelar doktor (S3) setelah mempertahankan disertasinya berjudul “Implementasi Program Pelatihan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Kabupaten Mamuju Melalui Nilai-Nilai Pendidikan Islam”.
Dalam paparannya, Dr Haedar yang juga Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan Pemuda & Olahraga Kab. Mamuju menjelaskan bahwa program pelatihan SPAB di tingkat Satuan Pendidikan Dasar Kabupaten Mamuju dengan 3 pilarnya yakni fasilitas sekolah aman, manajemen bencana dan pendidikan, pencegahan dan pengurangan resiko bencana merupakan program kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan islam.
Selain itu, Ia juga menambahkan hasil lain dari implementasi SPAB melalui nilai-nilai pendidikan islam menunjukkan adanya kesadaran individu dan komunitas khususnya dalam penguatan Aqidah, Syariah, dan Akhlak.
“Hasil implementasi program pelatihan SPAB menunjukkan adanya peran strategis nilai pendidikan islam dalam membentuk peserta didik agar memiliki sikap rajin beribadah dan berdoa bersama, tawakkal, menolong dengan ikhlaskan, menghormati peserta didik lain, tangguh, menjalin persahabatan, senang menolong, membantu orang lain, tidak membeda-bedakan dalam menolonh, disiplin, dan tidak membuang sampah sembarang,” jelasnya.
Lebih lanjut Promovendus menuturkan, dalam melakukan penelitian Ia menemukan bahwa terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi program pelatihan tersebut.
“Faktor pendukung berasal dari dukungan oemerintah, warga sekolah bekerjasama dengan instansi lain, serta dukungan orangtua baik secara internal maupun eksternal. Sedangkan faktor penghambat berasal dari kurangnya kompetensi tenaga pendidik dalam pemahaman 3 pilar SPAB, karakter peserta didik dan kebiasaan berada di zona nyaman serta cenderung melupakan semua yang telah dipahami,” ucapnya.
Terakhir, Ia berharap hasil penelitian ini dapat memotivasi banyak pihak khususnya penggiat SPAB dan kemanusiaan lainnya untuk tidak berhenti mensosialisasikan 3 pilar SPAB sebagai budaya sadar bencana yang berada di wilayah beresiko tinggi dan rentan terjadinya bencana. (*/Ts)
ADV
Komentar