Demmatande, Sosok Pejuang Pembebasan Rakyat Pegunungan

Terbitsulbar.com – MAMASA – Demmatande merupakan pejuang dari Mamasa, yang kini menjadi Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat.

Gelar Pahlawan Nasional diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan diwilayah Indonesia. Mereka diberikan gelar Pahlawan lantaran gugur atau membela bangsa dan negara, atau selama hidupnya melakukan kepahlawanan.

Selain perjuangan melawan penjajah, gelar Pahlawan Nasional juga dapat diberikan kepada tokoh yang perna malahirkan ide besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara.

Selain itu, menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat yang meningkatkan harkat dan martabat satu bangsa.

Demmatande misalnya seorang pahlawan dari Mamasa dikutip dari salah satu buku tulisan Sarman Sahuding pria kelahiran mambi menyebutkan Demmatande lahir diOrobua 1862 seratus tahun lalu menguraikan perjalanan hidup Demmatande dalam melawan penjajah kolonial Belanda.

Tahun 1907 tentara kolonial Belanda mulai memasuki wilayah Pitu Ulunna Salu Mamasa, kolonial Belanda mendapat perlawanan dari seluruh masyarakat Mamasa kalah itu.

Karena persenjataan seadanya dengan muda tentara kolonial Belanda berhasil menduduki Mamasa sejak tahun 1909 sehingga saat itu tentara kolonial Belanda berhasil menguasai pegunungan.

Rakyat Mamasa dipaksa membuat jalan hingga daerah kunyi, bahkan sampai ke Takatidung Polewali Mandar.

Dalam bekerja mereka disiksa tidak manusiawi, dipukuli dan dicambuk. Termasuk Demmatande dipaksa bekerja di Sumarorong hingga Polewali.

Melihat perlakukan tentara Belanda itu, Demmatande marah besar.

Sejak saat itu, Demmatande kemudian menyerukan kepada semua pengikutnya untuk perang melawan tentara Belanda di Mamasa.

Tahun 1912. Sebelum meletus perang sengit, Demmatande membangun benteng di Paladan yang kemudian dikenal Benteng Salu
Banga. Semua pihak mendukung keputusan
Demmatande untuk melawan tentara Belanda yang sudah tidak berperikemanusiaan itu.

Perang di Benteng Salu Banga benar-benar terjadi.
DEMMATANDE tidak mau dijajah oleh tentara kolonial Belanda

Tekad perlawanan sudah bulat. Demmatande mengumpulkan
pasukannya di Benteng Salu Banga.

Di dalam benteng itu didirikan
sejumlah rumah, termasuk rumah Sura’ (ukir) sebagai tempat berkumpul
para pasukan beserta keluarganya.

Dengan perjuangan melawan tentara kolonial Belanda, Demmatande dinubuatkan sebagai Pahlawan Nasional pejuang dari Mamasa (SR)